Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah dan Signifikansi Fort Rotterdam di Makassar

Sejarah dan Signifikansi Fort Rotterdam di Makassar

Fort Rotterdam, yang dikenal juga dengan nama Benteng Ujung Pandang, merupakan salah satu situs sejarah paling penting di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Berdiri di tepi pantai, bangunan ini memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Dengan arsitektur unik yang menyerupai bentuk penyu, Fort Rotterdam tidak hanya menjadi ikon wisata, tetapi juga simbol kekuatan dan ketangguhan kerajaan Gowa-Tallo dalam menghadapi tantangan sejarah.

Sejarah Pembangunan Fort Rotterdam

Pembangunan Fort Rotterdam dimulai pada abad ke-16 oleh Kerajaan Gowa-Tallo. Awalnya, benteng ini diberi nama Benteng Jumpandang atau Benteng Ujung Pandang, yang berasal dari kata "pandan" yang banyak tumbuh di sekitar area tersebut. Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna, memulai pembangunan pada tahun 1545, kemudian dilanjutkan oleh Raja Gowa X, I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng.

Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin (Raja Gowa XIV), benteng ini dibangun kembali dengan struktur lebih kokoh menggunakan batu padas hitam, campuran bata, kapur, dan tanah liat. Pada tahun 1666, Perang Makassar meletus antara Kesultanan Gowa dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Setelah kalah dalam pertempuran, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, sehingga Benteng Ujung Pandang diserahkan kepada Belanda.

Nama Fort Rotterdam dan Pengaruh Kolonial

Setelah diserahkan kepada VOC, benteng ini diubah namanya menjadi Fort Rotterdam oleh Gubernur Hindia Belanda, Cornelius J. Speelman, yang berasal dari kota Rotterdam di Belanda. Nama ini diberikan sebagai penghormatan terhadap tempat kelahirannya. Pihak Belanda kemudian memperbaiki dan memperkuat benteng dengan gaya arsitektur Eropa, yang berbeda dari desain awal yang khas Nusantara.

Selama masa kolonial, Fort Rotterdam menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan pertahanan Belanda di wilayah timur Indonesia. Di sini juga terdapat ruang tahanan bagi para pejuang yang menentang penjajahan, termasuk Pangeran Diponegoro, yang ditahan selama 21 tahun hingga wafat pada tahun 1855.

Fungsi dan Peran Fort Rotterdam

Fort Rotterdam tidak hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan, tetapi juga menjadi pusat kekuasaan politik dan ekonomi. Selama masa pemerintahan Belanda, benteng ini digunakan sebagai:

  • Markas komando pertahanan
  • Pusat perdagangan
  • Tempat tinggal para pejabat Belanda
  • Ruang tahanan bagi tokoh-tokoh perlawanan

Setelah Indonesia merdeka, Fort Rotterdam sempat digunakan sebagai tempat tinggal anggota TNI dan warga sipil hingga tahun 1970-an. Pada tahun 1977, benteng ini diresmikan sebagai Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan dan kini menjadi Museum La Galigo, yang menyimpan berbagai artefak sejarah dan peninggalan budaya lokal.

Keunikan Arsitektur dan Filosofi

Arsitektur Fort Rotterdam sangat unik karena bentuknya yang menyerupai penyu—makhluk yang mampu hidup di darat dan laut. Filosofi ini mencerminkan kekuatan dan fleksibilitas Kerajaan Gowa-Tallo yang kuat di darat maupun di laut. Desain benteng ini juga memadukan elemen lokal dan Eropa, dengan dinding batu padas, atap berbentuk gable, serta ornamen yang khas.

Beberapa fitur utama bangunan Fort Rotterdam antara lain:

  • Site Plan Benteng: Bentuk penyu yang menjadi ciri khas.
  • Gerbang Utama: Sederhana dari luar, tetapi kompleks dari dalam.
  • Bastion Pertahanan: Terdapat lima bastion yang menjaga setiap sudut benteng.
  • Parit Pertahanan: Menyelubungi tembok benteng untuk memperkuat pertahanan.

Fort Rotterdam sebagai Destinasi Wisata

Kini, Fort Rotterdam menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Makassar. Pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dari atas benteng, mengunjungi Museum La Galigo, dan belajar tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Selain itu, kawasan ini sering dijadikan tempat penyelenggaraan acara budaya, seperti festival dan pameran seni.

Dengan upaya pelestarian yang terus dilakukan, Fort Rotterdam akan tetap menjadi simbol kejayaan sejarah dan budaya Sulawesi Selatan. Sebagai saksi bisu berbagai peristiwa penting, benteng ini tidak hanya menawarkan pengalaman edukatif, tetapi juga menjadi bagian dari identitas kota Makassar yang kaya akan warisan sejarah. Lokawisata Makassar yang Wajib Dikunjungi.

Post a Comment for "Sejarah dan Signifikansi Fort Rotterdam di Makassar"